BJB MENJADI SEMU OLEH Dr. Joni, M.Pd.B.I.
Hidup di zaman yang mengedepankan paham materialisme tidak lagi melihat dan menghargai bahwa "ke-Baikan, ke-Jujuran, ke-Benaran" itu tidak lagi menjadi landasan nilai sebagai aktualisasi dan representasi fitrah manusia untuk kemanusiaan, dalam hal memanusiakan manusia. Dan, hal ini seringkali luput dari mereka yang menganut paham materialisme, yaitu penghargaan itu baru muncul hanya ketika ada keuntungan berwujud materi bagi diri pribadi dan kelompoknya saja.
Dan, akhir-akhir ini satu materi dapat menghilangkan ribuan nilai non materi, seperti ada seseorang, ia selalu membantu baik menyelesaikan masalah kerjaan rumah, lembaga, dan setiap tindakkan serta perkataannya sangat baik, jujur, tetapi akibat ia tidak bisa ikut satu acara atau memenuhi keinginan seseorang tersebut, kemudian, ia di cap tidak kompeten, tidak peduli dan teman tersebut dipandang spele, dijauhi, dan sudah minim respon.
Terkait penerapan nilai kemanusian dalam proses memanusiakan manusia, ada satu kasus lagi ada seorang dari awal sudah bertindak BJB kepada seseorang tersebut, tapi seseorang sering memperlakukan orang tersebut dihargai dan dihubungi ketika mendesak dan ada keperluan atau dimanfaatkan sebagai tumbal. inilah kondisi dan posisi seorang yang Baik, Jujur, Benar (BJB);
Respon mayoritas terhadap orang-orang sekitar di era sekarang ini dan tindakkan terhadap seorang yang BJB, adalah:
Baik : tidak dihargai dan
dipandang remeh
Jujur: ditinggalkan dan tidak
dianggap serta tidak
didengarkan.
Benar: dimusuhi, dicari-cari
kelemahannya dan
sering didebat untuk
dipermalukan bahkan
sampai dikucilkan.
`Secara fitrah dan jiwa juga rasa, setiap manusia atau juga mahluk Tuhan lainnya, tanpa dinapikan lagi, pada dasarnya mereka sangat membutuhkan tindakkan, prilaku dan sikap BJB, namun saat ini BJB sering disengaja untuk dihiden dan silentkan, saat ini segala sesuatunya dipandang dari materi, dan BJB yang semu.
